Rabu, 31 Desember 2014

Analisa Industri Dirgantara Indonesia


Indonesia memiliki pulau yang ribuan jumlahnya mulai dari Sabang hingga Merauke. Sebagian pulau tersebut belum berpenghuni dan belum dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut diperlukan alat transportasi yang cepat yang tidak lain adalah pesawat terbang. Mungkin itulah salah satu yang memotivasi negeri ini membangun industri perakitan pesawat terbang di Bandung.
 
Tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi inti dari pesawat terbang adalah Engine (mesin pesawat) dan Avionik (sistem elektronika). Tanpa keduanya pesawat tidak mampu untuk lepas landas dari daratan. Indonesia merakit pesawat dengan cara patungan dengan perusahaan CASA untuk membuat pesawat jenis NC-212 dan CN-235. Kedua jenis pesawat terbang tersebut kebanyakan dipakai bukan untuk angkutan sipil melainkan untuk keperluan yang lain semisal keperluan militer. ( Baca - Bandara Ahmad yani )

pesawat-n250
Pesawat N250
Untuk urusan mesin (mesin propeller) dan avionik sudah barang tentu harus impor dari luar negeri di mana dua komponen yang merupakan jantung dan otak sebuah pesawat itu sangat mahal harganya. Sayangnya indonesia tidak mendesain strategi industrinya dengan memulai dari pembangunan industri berat. Sehingga akibatnya meskipun saat ini indonesia telah mampu ‘’membuat’’ pesawat terbang, namun faktanya tak lebih dari merakit pesawat dengan teknologi inti yang harus impor. Akhirnya bisa dibilang kalau kemampuan merakit pesawat kita masih sebatas teknologi kulit (bukan inti).

Untuk membangun industri dirgantara yang besar dan disegani maka diperlukan mindset yang benar yakni dengan cara stop dari hutang dan mulai mengembangkan riset pembuatan mesin dan avionik. Dalam hal utang luar negeri kita sudah cukup sekali saja terperosok di lubang yang sama. Pengalaman gagalnya proyek pesawat N-250 dan N-2130 adalah salah satu dari sekian bukti bahwa hutang luar negeri meniscayakan adanya campur tangan asing dalam setiap kebijakan negara.



Lihat juga :
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar